Skip to main content

Beranjak

Menarik.
Adalah kata yang cocok untuk menggambarkan perjalanan hidup sampai sekarang. Setelah dua tahun berkhianat pada blog ini dan memilih berceloteh di ruang-ruang lainnya, aku tau aku tidak bisa tidak rindu menulis disini.

---

Kamar kosong di lantai atas kini kugunakan sebagai ruang tidur, ruang lembur, ruang galau, dan ruang bermalas-malasan setiap akhir pekan. Sebagaimana kesalnya saat ibuku masuk lalu keluar tanpa menutup pintu, sekesal itu aku meratapi hidupku yang begini-begini saja. Kalau bukan karena masuk jam tujuh, hari-hariku tentu penuh dengan tidur lagi setelah subuh. Janji tidur malam tepat waktu selalu terbunuh dengan berbagai pembenaran yang tidak kunjung habis. Untungnya, periode langganan Spotify-ku masih berbulan lagi, jadi ada hiburan saat bosan mulai menyapa. Selebihnya, sekitar 10-12 jam sehari akan kuhabiskan di laboratorium, bersama apapun dan siapapun yang mau disayang, hahaha.


---

Laboratorium Mikologi Tumbuhan
Sudah enam tahun aku mendiami lab ini dan melewati ribuan renyah-renyah tawa dan perih-perih drama, mulai angkatan 45 hingga sekarang 53. Tipe manusia-manusianya hampir sama, tidak satupun dari kami yang patuh pada jam kerja, meski sudah berulang kali diingatkan oleh kepala lab. Yang paling tepat waktu tentu saja angkatan baru, datang jam 8, pulang jam 4 sore. Anak-anak baru ini biasanya kami sebut 'orang kantoran'. Tapi tipe orang kantoran ini paling hanya bertahan 1 bulan. Bulan berikutnya, jam kerja mulai bergeser jadi datang jam 10, pulang jam 6 sore. Ini tipe penghuni lab yang paling normal, meski hobinya menjamak sarapan dan makan siang, lalu belum mulai kerja sudah jajan cilor dan telur gulung. Rombongan ini akan pulang dan makan malam tepat waktu kalau tidak hujan. Kalau hujan, berakhir dengan gitaran dan seduh kopi dan popmi. Orang-orang di kelompok jam kerja ini juga ternyata bertahan paling lama 6 bulan. Setelahnya, mulailah masuk ke kelompok random.

Kelompok random ini topiknya paling banyak untuk dibahas. Mereka seperti petugas keamanan yang memastikan matahari terbit dan tenggelam tepat waktu. Subuh-subuh sudah di lab, lalu menghilang seharian, dan muncul lagi setelah magrib. Tapi alasannya memang mulia, "Tidak tega melihat teman perempuan kerja sampai larut, jadi biarkanlah kami saja yang kerja malam". Selain memang yang sengaja mengalah, klub malam ini juga sering diisi oleh anggota proyek milyaran (uwu). Mereka sering jetlag karena jam tidur yang kacau, juga sering pusing karena kebanyakan gula Yourtea. Mereka pula yang sudah tobat beli Yourtea yang di-upsize, karena sesungguhnya yang di-upsize adalah es batunya.

Memang sampai harus segitunya? Iya. Sampai tulisan ini di-publish, penghuni grup Mikologi ada 40 orang (setelah para wisudawan didepak ke grup alumni lab). Overload, ya karena memang cendawan yang mesti diurusi ada banyak sekali. Ditambah yang hobi mutasi dan mengalami variasi genetik lainnya. Apalagi Fusarium dan para kerabat dekatnya. Bikin pusing sejagat raya.

Ada juga yang di lab seharian selama seminggu, kemudian menghilang seminggu juga. Kalau ini biasanya para penghuni terakhir, yang tekun bahu membahu dengan sesama, lintas topik bahkan lintas divisi. Seperti datangnya yang tidak bisa ditebak, perginya juga tidak bisa ditebak. Meski akhirnya ketahuan juga, mendadak pergi berarti sudah dapat missed call 81 kali dari admin yang merangkap security.

Sebelum lupa, ada satu kelompok lagi yang agak unik. Yang labnya entah dimana tapi nongkrongnya selalu di Mikologi. Tiap angkatan, paling tidak ada satu yang begini. Baru ketahuannya saat wisuda, dipanggillah namanya, nama orangtuanya, serta nama dosen pembimbingnya. "Loh, bimbingan Pak Pudji toh, kirain anak Miko.", disambut oleh lainnya "Semuanya juga sering ke Miko kali.". Hahaha. Sejak dulu aku juga belum paham mengapa orang-orang ini senang ada disini. Apakah karena teman-teman dekatnya banyak di lab ini? Atau karena biar dekat ke bara atau ketika ambil pesanan makan online? Atau karena ada di wing terluar, paling mudah kabur ketika hantu geser sudah mulai menunjukkan eksistensi? Entahlah. Belakangan aku baru tau, kalau soal nyaman memang alasannya paling sulit dicari. Jadi tidak perlu ditanya, karena yang ditanya pun pasti bingung apa jawabannya.

Misteri hantu geser ternyata sudah jadi cerita sejak sekian lama, sama seperti misteri sendok hilang setiap hari, dengan alasan yang tidak pernah bisa diperbaiki: terbuang bersama bungkusan makan. Ada lagi misteri soal manusia-manusia yang di kelas dan di lab kepribadiannya jauh berbeda. Juga yang malas bayar uang kas dan saat bebas lab tunggakannya hampir setengah juta. Ah, lucu-luculah pokoknya.

Selamat menikmati semuanya di sini bersama-sama. Baik untuk berjalan maupun berlari dalam mempersiapkan masa depan. Oleng karena memikirkan penelitian sendiri atau geram melihat rekan lab yang tidak kooperatif, itu biasa. Dihadapi saja dengan riang gembira, meski marah, sedih, dan menangis sesekali juga tidak apa-apa. Yang paling penting, ada semangat yang selalu tersedia dari beranjak yang satu ke beranjak yang lainnya.

---

Ditulis sambil mencari cara mengurai kejenuhan akibat tidak bisa kemana-mana.
#dirumahaja #harikedua
18 Maret 2020

Comments

  1. Wkwkwk iya Bu Hagia Mikologi tempat yang nyaman ��, termasuk saya jd kontaminan

    ReplyDelete
  2. Sebagai orang kantoran beneran tanpa hoax, sy jadi tercubit, wkwkwkw

    ReplyDelete
  3. sayang sekali angkatan saya sangat minim merasakan suasana lab ditingkat akhir. #korbancovid

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Die Another Day

Malam ini sepulang bekerja, kudapati sebuah amplop di dalam kotak surat. Isinya sumpit cantik dan selembar tulisan, kiriman seorang teman Jepang dari provinsi sebelah. Lelah lahir batinku tidak hilang seketika tapi menyelesaikan malam menjadi lebih ringan rasanya. Teman yang sama yang dulu membuatkan aku materi belajar bahasa lalu menyempatkan mengajari secara online saat aku masih di Bogor. Belasan pertemuan, sudah seperti kurikulum sekolah tetapi untungnya yang ini tidak ada UTSnya, bisa-bisa nilai jeblok karena IQ sudah turun banyak akibat kognitif sudah tidak pernah diasah.  Teman yang sama yang terbang ke Sapporo tepat di pekan pertama aku tiba, mengajari cara beli tiket kereta dan menunjukkan tempat-tempat makan halal. Karena dia tau pilihan makanku terbatas padahal dia pun bukan warga situ. Teman yang tidak pernah terlambat apalagi bolos sekolah, tapi rela ambil cuti kerja 3 hari menemaniku keliling Yokohama dan Tokyo semester lalu. Agar aku tidak sendirian menunggu waktu ja...

Semeja Tanpa Dialog

Ada yang menunggu kamu, tepat di waktu ini, pada malam yang sendu "Apa kabar kamu hari ini?" Klise namun ingin kuulangi setiap malam. Meski lebih sulit mencari celah waktumu di penghujung hari, tetapi baiklah, kesehatan dan istirahatmu lebih penting dari itu. Aku percaya di mana kau kucari, di situ kau sedang merapikan hidupmu untuk peristiwa membahagiakan keesokan harinya. Kebingunganmu terasa sampai di sini, di ribuan kilometer jarak kita saat ini. Keresahan tanpa alasan, tarik ulur yang semakin seru, juga permintaan hati yang tak kunjung dapat kukabulkan. Hal-hal kecil yang sudah berubah, kebiasaan yang kini menjadi berbeda. Kamu tetap ada namun rentang kita semakin terasa. Kuingat pernah dengan lantang kuteriakkan bahwa memang terlalu jauh bicara mati, namun hanya itulah yang bisa memisahkan kamu dari penjagaanku. Senaif itu cintaku padamu hingga kadang lupa bahwa tidak semua yang hadir akan menjadi takdir. Kulihat kembali pesan-pesan yang saling kita kirimkan sejak pagi,...

Days of A Sinovacced

Prolog Senin, 11 April 2022. Siang ini saya akan berangkat ke Sapporo! Saya diberi tugas oleh Institut Pertanian Bogor untuk melanjutkan belajar pada jenjang S3 di Laboratorium Applied Molecular Microbiology, Graduate School of Global Food Resources, Hokkaido University. Saya akan mempelajari patogenesis cendawan penyebab blas padi, dibimbing oleh Bapak Profesor Teruo Sone. Sponsor belajar saya adalah Hokkaido University President's Fellowship yang seluruh rangkaian seleksi beasiswa sampai penyelesaian urusan dokumen admission ke graduate school  berikut support morilnya dibantu oleh ICO, direktorat program internasional di IPB. Karena program ini sudah dimulai sejak Oktober 2021 tetapi waktu itu belum bisa berangkat karena pandemi, saya harus memulai semester 1 di Indonesia. Terima kasih kepada Departemen Proteksi Tanaman atas segala fasilitas penelitian yang diberikan pada penumpang gelap ini. Cerita perjalanan saya terangkum di sini. Selamat membacaaa. Bagi rekan-rekan yang aka...